Malam ini, Suguhkan Wayang Kulit Babad Diponegoro di Alun-alun

Malam ini, Suguhkan Wayang Kulit Babad Diponegoro di Alun-alun

MAGELANGEKSPRES.COM,MAGELANG - Pemkot Magelang akan menggelar pagelaran wayang kulit Babad Diponegoro di Alun-alun Kota Magelang, Sabtu (22/2) malam. Pementasan dengan dalang Ki Catur Benyek Kuncoro dari Jogja itu merupakan salah satu rangkaian kegiatan tahun kunjungan wisata Kota Magelang bertajuk Moncer Serius 2020. Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Magelang, Sugeng Priyadi mengatakan pementasan dengan lakon \"Diponegoro Kridha\" ini dinilai perlu digelar. Pasalnya sosok Pangeran Diponegoro memiliki jejak sejarah di Magelang saat berjuang melawan penjajah pada tahun 1825-1830. Pada masa perang yang dikenal dengan Perang Jawa (De Java Oorlog) itu, Pangeran Diponegoro pernah bersembunyi di Menoreh hingga ditangkap dengan cara licik oleh Belanda di Kantor Karesidenan Kedu Magelang atau eks Bakorwil II Kedu Surakarta. \"Ini merupakan rangkaian sejarah yang jangan sampai dilupakan warga Magelang,\" kata Sugeng, Jumat (21/2). Baca juga Operasi KTL di Kota Magelang, Kembali Angkut Motor yang Melanggar Sugeng menjelaskan Pangeran Diponegoro memiliki laskar yang menyebar ke seluruh penjuru Kota Magelang setelah ia ditangkap Belanda. Nama-nama mereka banyak yang diabadikan menjadi topomini nama-nama kampung di wilayah Magelang, seperti Nyai Bayem (Bayeman), Kyai Kemiri (Kemirirejo) dan lainnya. \"Tidak hanya itu, Kota Magelang juga banyak terdapat makam para laskar Pangeran Diponegoro, seperti Kyai Langgeng, Kyai Dudo, Kyai Tunggul Wulung, Kyai Sanggrahan dan lainnya,\" lanjut Sugeng. Menurutnya, Pemkot Magelang kerap mengadakan kegiatan yang bertujuan mengingatkan dan mengenalkan generasi muda terhadap perjuangan pahlawan nasional itu. Kegiatan tersebut seperti Gerakan Melek Sejarah yang diprakarsai Kemendikbud, pembuatan Film \"Titi Mangsa\" yang diaktori langsung Ki Roni Sodewo, generasi ke-7 Pangeran Diponegoro hingga peringatan Haul Pangeran Diponegoro. \"Kita ingin mengenalkan kepada generasi muda tentang sejarah ini. Ketika sudah kenal, diharapkan mereka akan tertarik, kemudian mencintai bangsa ini dari sejarah,\" ucapnya. Secara singkat, pementasan wayang \"Diponegoro Kridha\" menceritakan tentang kelahiran Pangeran Diponegoro hingga beranjak dewasa yang menjadi pemuda pemberani pembela kebenaran dan keadilan. Pangeran Diponegoro adalah keturunan Sultan Hamengku Buwono I. Ia lahir dengan nama Mustahar pada Jumat Wage, beranjak dewasa ia berganti nama Raden Ontowiryo. Sebagai putra keluarga keraton, sikap demi sikap yang berani ditunjukkan ketika harus menegakkan kebenaran dan keadilan. Sampai pada suatu ketika Raden Ontowiryo bertekad keluar dari lingkungan keraton manakala Belanda sudah terlalu jauh mencampuri urusan di dalam keraton. Ia pun menjadi sosok pemuda yang bertekad dan berjuang menyingkirkan Belanda. Babak akhir dari Perang Diponegoro bermula dari terjadinya pertemuan untuk mengadakan perundingan di Pendopo Karesidenan (Bakorwil II Kedu Surakarta). Sejatinya, Museum Pangeran Diponegoro di kompleks Bakorwil ini jadi saksi sejarah bagaimana kelicikan Belanda. Melalui Letnan Gubernur Jenderal Hendrik Merkus De Kock yang mengajak rekayasa perundingan dengan Pangeran Diponegoro. Sampai pada akhirnya dia ditangkap dan diasingkan. Awal ditangkap Diponegoro dibawa ke Ungaran Semarang dan dipindahkan ke Batavia. Dari Batavia dibawa untuk ditawan di Manado dan dipindah lagi ke Makassar hingga wafat. Banyak hal yang bisa dipetik dari kisah perjuangan Pangeran Diponegoro. Dalam Perang Jawa, Diponegoro mampu membuat perusahaan Belanda, VOC rugi besar. Sekitar 25 juta Golden Belanda atau setara dengan 2,2 miliar dollar AS, habis untuk membiayai perang melawan Diponegoro. Perang Jawa juga membuat 15.000 tentara Belanda tewas, sedangkan pejuang bangsa yang gugur syuhada 200.000 orang. Diponegoro memang jadi keturunan raja, tapi dia rela keluar dari gemerlap keraton dan memilih tinggal bersama rakyat di Tegalrejo. Sampai akhirnya berjuang melawan Belanda. Bukan hanya seorang pangeran (putra raja), Diponegoro juga menjadi seorang penyulut semangat perlawanan rakyat Indonesia terhadap kolonialisme Belanda. (wid)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: